Enru 1980 – 1741
Novel Enru (1980-1741) sudah tersedia dalam bentuk buku. Silakan klik:
- Tokopedia1,
- Tokopedia2,
- tokopedia3 – semarang,
- Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia atau page KPBMI,
- Grup dan Page Budaya Tionghoa,
- Museum Sejarah Jakarta (sering disebut Museum Fatahilah),
- Omah sangrai kopi | banu sidharta atau dengan Ratna Setiyaningrum – Solo/Surakarta,
- Zheng Xuanyuan/ryan 0817 9237982 dan
- Menyusul tempat-tempat lain yang sedang diusahakan.
________
Enru, seorang tenaga ahli biro iklan dari Jakarta, karena suatu hal yang belum bisa dijelaskan, terlempar dari abad 20 ke abad 18. Dia terlontar tiga ratus tahun ke jakarta masa silam yang ketika itu masih bernama Batavia. Dalam keadaan bingung dan perasaan penuh ingin tahu, masuklah Enru ke dalam sebuah petualangan yang sama sekali belum bisa diketahui bagaimana akhirnya. Di Batavia, selain ia mendapati bangsa Belanda yang ketika itu sedang berkuasa, juga ia menemui masyarakat Tionghoa yang masih terbagi dua kelompok yakni Tionghoa peranakan dan Tionghoa totok, dimana ia mengalami suka duka hidup didalam dua kelompok yang berbeda itu. Juga secara tidak sukarela ia menjadi saksi mata ketika seorang indo-eropa menjalani hukuman ditarik oleh empat ekor kuda ke empat penjuru di sebuah tempat yang di kemudian hari bernama Pecah Kulit. Sebuah novel yang sangat menarik dan sarat akan sejarah Betawi tempo dulu.
Resensi oleh om Aldi The. Ditulisnya pada 19 Februari 2017. Sekali lagi terima kasih, Om.
Enru 1980 – 1741 dapat teman-teman baca hanya dengan 1 saja permohonan dari saya: mohon hormati karya cipta saya dengan tidak mencopas seluruh dan atau sebagian dari cerita ini tanpa izin dan atau tanpa menyebut saya sebagai penulisnya.
Foto Museum Sejarah Jakarta yang dulunya berfungsi sebagai Balai Kota Batavia. (beberapa adegan dalam cerita ini berlokasi di bangunan tersebut)
Difoto oleh Ko Giri Tjoa. (Trims ya, Ko atas izin penggunaan foto)
Oke, selamat membaca.
- Prolog
- 1 – Pa Shnia
- 2 – Peng Guan
- 3 – Yo Sinshe
- 4 – Pecah Kulit
- 5 – Hidup Baru
- 6 – Tio Sinshe
- 7a – Jung dan Tionghoa
- 7b – Tanah di Ommelanden
- 8 – Perjodohan
- 9 – Kompeni di Batavia
- 10a – Badai di Batavia
- 10b – Kota Terasi
- 11a – Marga yang Sama
- 11b – Ni Hoe
- 12 – Menikah
- 13 – Kelahiran Gwat Nio
- 14 – Tanda Tanya
- 15 – Kenakalan Gwat Nio
- 16 – Kapiten Tionghoa
- 17 – Adik untuk Gwat Nio
- 18 – Perampok Bermarga Ong
- 19 – Cui Sinshe, Cui Sinshe, Cui Sinshe
- 20 – Putra Ibu Pertiwi
- 21a – Salim
- 21b – Rampok di Batavia
- 22a – Sincia
- 22b – Titik Balik
- 23 – Satu Kata, “Ikut.”
- 24 – Besi: Paku, Pedang
- 25 – Si ‘Panglima Besar’
- 26 – Paningarang
- 27 – Harinya Tiba
- 28 – Lelaki: Prajurit, Jenderal?
- 29 – Kaligrafi ‘Bersabar’
- 30a – Merah Kali Angke
- 30b – Gwat Nio
- 31a – Hien Nio
- 31b – Cui Enru
- Epilog
Tamat
Terima kasih atas kunjungannya,
Lia Zhang
Ini keren! Semangat… Aku tunggu lanjutannya 🙂
Terima kasih. Selamat mengikuti ya.
You replied to this comment.
Terima kasih. Semoga dapat selalu menginspirasi Anda
menarik sekali
Terima kasih. Semoga juga menginspirasi