Lanjut ke konten

Rumah

fiksi mini ini dibuat tuk sekedar iseng di-posting pada grup FB House of Romance dalam rangka mini games bertajuk ‘rumah’/’home’

Sepoci teh tersaji di meja. Bara sudah padam, poci telah mendingin. Tak pelak kau berguman, peminumnya telah pergi sejak beberapa waktu sebelum kau tiba. Sebuah cangkir tergeletak tak tegak. Mungkin ia terburu-buru meninggalkannya. Poci kau buka, tampak masih seperempat air tersisa di dalam.

Kau duduk terpekur. Berpikir, ke manakah ia pergi? Dunia ini demikian senyap. Sepantasnya hanya kau dan dia. Mungkinkah ia pergi meninggalkan engkau di dunia ini seorang diri?

Ini adalah rumah. Dunia kalian yang hanya ditempati berdua saja. Ah, mungkin ada penyusup seperti semut dan tikus. Tapi kalian pemilik sejatinya.

Ini adalah rumah. Sebuah rumah di pegunungan nan sepi. Tiada tetangga, setidaknya sepuluhan li dari sana. Tak mungkin ia pergi menyebrang gunung hanya demi berbincang dengan tetangga. Lagipula siapakah di dunia ini dapat menerimanya selain duniamu, dunia kalian?

Ini adalah rumah. Tanpa seorang pun dapat mencapai karena jauh dan tingginya. Rumah satu-satunya dan kalian adalah penghuni satu-satunya pula. Rumah di dunia yang kalian pilih setelah peristiwa lampau tersebut.

Engkau menghela nafas. Teringat masa silam. Ketika engkau dan dia sama-sama jelita dan tampan menawan. Kau dapat bersamanya setelah bersusah payah. Berjuang mati-matian melawan semua adat dan moral dunia. Dulu, tiada yang membantu kalian. Semua menentang. Semua jijik. Menghina kalian. Mencemooh dengan kasar. Dan melempari dengan batu serta apapun.

Kau membawa dia lari ke dunia ini. Ke rumah ini. Meninggalkan mereka semua, berpikir, kalian dapat hidup bersama sampai sekalipun semua orang tidak lagi bernyawa.

Lalu bergidik nyerilah engkau, terpikirkan satu kemungkinan yang paling engkau takuti. Adakah kiranya ‘Kepala Kerbau 牛头’ dan ‘Muka Kuda 马面’ yang menjemputnya pergi? Bagaimana mereka dapat menemukannya? Kalian bersembunyi di sini sekian lama. Tiada bergaul bahkan dengan anjing hutan juga kelelawar sekalipun.

Perlahan kau menangis. Air mata mengalir turun membasahi bulu yang menghias wajahmu. Kupingmu tiada lagi tegak seperti biasanya. Hilanglah semua yang kau punya. Bersama rumah itu yang perlahan menjadi abu, runtuh bagian demi bagian.

Pula engkau, ketika sinar mentari pertama kalinya menyentuh kulitmu setelah sekian lama tertutupi oleh jejak kabut. Engkau hilang tiada jejak. Seperti laiknya di dunia ini tak pernah mendengar dan menerima keberadaanmu, wahai manusia jelmaan anjing.

 

%d blogger menyukai ini: