Bab 10
Bai Yu lebih giat mempersiapkan semua dan pastinya juga lebih berhati-hati. Dikemasnya barang-barang yang perlu dibawa pergi dalam sebuah peti kayu yang cukup besar. Selain sejumlah uang dan perhiasan, ia juga menaruh buku-buku dan beberapa lembar pakaian untuknya dan Huo Mei Er nanti. Kemudian, dipanggillah Cheng Ming agar datang menemui.
Dari sekian banyak orang yang ‘berkelana’ dalam dunia persilatan, yang bisa dipercaya Bai Yu hanya beberapa saja. Salah satunya Cheng Ming. Memang ia tak akan memberitahu siapakah dirinya pada pemuda itu juga tidak akan memberi tahu rencananya. Namun, Bai Yu yakin barang-barangnya akan aman di tangan Cheng Ming sampai ia bisa mengambil lagi untuk digunakan.
“Aku ingin menitipkan suatu barang padamu,” ujar Bai Yu memberitahu sebab Cheng Ming dipanggil. Ia membawa Cheng Ming masuk ke dalam halaman belakang balai pengobatan, tempat pribadinya.
“Tentu saja. Barang apa yang ingin Xiao Langzhong titipkan padaku? Aku jamin tidak akan menyentuh barang tersebut dan pasti sampai di tujuan.”
Bai Yu menggelengkan kepalanya dengan tersenyum. “Hanya setumpuk buku, aku ingin menitipkan di rumahmu dahulu. Beberapa bulan lagi, temanku yang menerima barang itu akan mengambilnya di tempatmu.
Bai Yu tahu di mana rumah Cheng Ming. Letaknya tak jauh dari pelabuhan di Tenggara Zhongyuan, cukup jauh dari Jingcheng. Dan posisi rumah ini akan memudahkan Bai Yu pergi meninggalkan Zhongyuan setelah mengambil barang-barangnya nanti.
“Oh, seperti itu. Bagiku tidak masalah jika Xiao Langzhong yang berkata. Boleh aku tahu siapa yang akan mengambil barang tersebut? Mungkin namanya agar jika ada orang yang datang mengaku barang, aku bisa tahu mana yang benar mana yang bukan.”
“Nanti setelah mendapat kabar darinya, aku akan mengirimkan surat padamu tentang siapa yang akan mengambil barang tersebut. Dan… temanku yang datang pastinya membawa surat dariku.
“Di mana Xiao Langzhong meletakkan barang itu?”
“Balai pengobatanku.” Bai Yu tak tahu harus ditaruh mana peti sebesar itu karena Xiao Tian selalu mengawasinya setiap waktu. Bahkan kali ini, Xiao Tian juga berdiri di depan pintu seakan-akan sedang mengawasi pegawai balai pengobatan yang lalu lalang.
“Saat akan pulang nanti kamu bisa mengambilnya. Jika aku tidak ada di tempat, tanyakan saja pada Zhen Xin. Katakan padanya: barangmu dariku.”
Mudah-mudahan saja Cheng Ming tidak curiga lalu melaporkan pada Zhang Sha Hai atau siapapun orang lain, hanya itu yang bisa diharapkan oleh Bai Yu.
Setelah Cheng Ming pulang dengan membawa barang yang dimaksud, Bai Yu tinggal mengatur obat yang akan diminumnya sehingga semua orang mengira ia telah mati. Dia menemukan tulisan mengenai obat semacam itu dari barang-barang Chu Langzhong. Tapi tulisan itu ditulis oleh gurunya Chu Langzhong sehingga kertas sudah terlalu kusam hingga menguning bahkan ada pula yang dimakan rayap. Akibatnya, tidak semua tulisan bisa terbaca.
Inilah yang disebut Xiao Tian pada Huo Mei Er bahwa Bai Yu sedang membaca buku ataupun bereksperimen dengan bahan obat. Sebenarnya Bai Yu sedang membaca tulisan guru dari kakek angkatnya itu lalu mengira-ngira bahan obat apa yang ditulis namun tak lagi terbaca itu.
Dalam pikirannya saat ini adalah siapa yang akan memberikan obat penawar yang tengah dikerjakan? Tak mungkin ia meminta putra Wanshang Bianfu melakukan hal tersebut karena sampai saat ini saja, apa yang ingin dilakukan orang itu Bai Yu masih buram. Hanya Huo Mei Er satu-satunya.
Selagi Bai Yu memikirkan itu semua, tiba-tiba Qhing Gongzhu datang bersama Zhang Sha Hai, Huo Yin Qian dan Huo Furen. Di belakang mereka semua, Qian Er mengikuti dengan langkah tertunduk dan takut-takut.
Bersiaga karena merasakan firasat tak enak, Bai Yu memberi salam lalu menanyakan maksud kedatangan mereka secara serempak ke balainya. Lagaknya seperti tak terjadi suatu apapun dan tidak merasakan suatu firasat apapun.
“Tidak ada apapun. Kami hanya ingin melihatmu saja karena kamu selalu kerja sampai larut malam. Kelihatannya namamu sudah sangat terkenal, Bai Yu,” balas Qhing Gongzhu
“Ya…,” kata ini dikatakan dengan nada menyesal.
“Mengapa justru sedih?”
“Lebih baik tak ada pasien yang datang padaku karena sakit.”
“Tak ada orang yang sakit, balai pengobatanmu bisa tutup. Kau tak tahu hal itu?”
“Tidak juga… dunia persilatan selalu punya masalah. Pasti tetap akan ada yang mencariku.”
“Ya… mereka akan sangat kehilangan jika kamu pergi…”
“Aku…,” Bai Yu tak menjawab lagi. Ia paham rahasianya dengan Huo Mei Er telah bocor ke tangan mereka. Dan sepertinya Qian’er yang membocorkannya. Entah bagaimana gadis pelayan itu bisa tahu. Mungkinkah Huo Mei Er yang memberitahu?
“Qian’er tiba-tiba datang pada kami sambil menangis. Katanya kamu akan membawa Mei Er pergi. Mengapa ingin pergi? Bukankah pernikahan kalian baik-baik saja? Siapapun dari kami tak ada yang tidak merestui kalian.” yang bertanya adalah Huo Furen.
Berbeda dari Qhing Gongzhu yang mau mengatakan A saja harus menyatakan B, C dan D, Huo Furen lebih berterus terang. Bicara dengan Huo Furen tak beda jauh dengan Huo Mei Er, mereka sama suka bicara langsung ke pokok masalah.
~~~
Tanpa disadari Bai Yu, masalah ini bermula dengan Qian’er dan Xiao Tian yang mencemaskan majikannya tidak juga selesai bicara lalu menyusul mereka di paviliun. Sampai di sana, yang terlihat hanya Wu Chang Dashi dengan Ru Kuang. Mereka berdiri diam mengamati punggung Wen Gongzi.
“Dashi, apakah kalian melihat seorang gadis dan seorang laki-laki muda mengobrol di sini?” tanya Qian’er. Melihat punggung Wen Gongzi yang menjauhi paviliun dengan kesal, ia takut telah terjadi sesuatu dengan nona majikannya.
“Apakah pemuda yang kamu maksud cucu angkat Huangshang?”
“Benar mereka. Dashi melihat mereka?” sahut Xiao Tian bersemangat.
“Tadi ia dipukuli orang itu,” dengan gerakan kepalanya, Ru Kuang menunjuk pada Wen Gongzi. “Begitu guruku melerai mereka, pemuda yang Anda maksud mengajak pergi teman perempuannya. Katanya pulang.”
“Pulang?!? Mengapa kami tak melihat mereka?”
“Bagaimana ini, Xiao Tian? Ke mana Xiaojie dan Zhang Gongzi pergi?”
“Carilah di balai. Mungkin ada barang Gongzi ketinggalan di sana. Aku akan melihat keadaan di rumah.”
Kemungkinan mereka sudah pulang ke rumah masing-masing sangat kecil karena Xiao Tian dan Qian’er menunggu di sana. Mungkin Bai Yu mengajak Huo Mei Er bicara di balai. Tempat itu pasti dirasakan aman untuk membicarakan rahasia mereka, menurut analisa Xiao Tian. Tapi ia akan tetap memeriksa kediaman keluarga Zhang siapa tahu Bai Yu pulang melalui jalan memutar sembari membicarakan sesuatu dengan Huo Mei Er.
Sesuai dengan usul Xiao Tian, Qian’er pergi ke balai. Pintu balai sudah tertutup rapat. Namun pintu samping tidak terkunci. Dari sanalah Qian’er masuk. Melalui pintu tersebut, jika belok ke kiri, Qian’er akan sampai ke tempat pribadi Bai Yu. Jika ke kanan, ia akan bertemu kamar Zhen Xin, salah satu pegawai balai pengobatan yang menjaga balai. Kamarnya tepat di perbatasan antara wilayah pribadi dengan balai pengobatan.
Ia memutuskan masuk daerah pribadi karena balai terlihat tak ada orang. Melewati pintu bulan tanpa daun pintu, terhampar di hadapannya beragam jenis tanaman obat yang ditanam dalam pot ataupun langsung di atas tanah. Di bagian belakang, ternyata sebuah ruangan masih terang oleh sinar lilin. Berarti masih ada seseorang di sana.
Dari ruangan itulah terdengar suara sayup-sayup nonanya bicara “Gugu berani melakukannya, mengapa aku tidak? Kalau Bai Yu Ge tega meninggalkan Mei Er, aku akan bunuh diri.”
Tersentak Qian’er karenanya. Hampir saja ia membuka pintu untuk bertanya langsung tapi Xiao Tian membungkam mulutnya dari belakang sambil berbisik, “Jangan lakukan itu! Dengarkan dulu baru kita putuskan yang harus dilakukan.”
“Cukup!” lalu terdengar jeda beberapa saat. “Apa yang kukatakan pasti kulakukan. Sekarang pulanglah. Kiranya zishi pun telah berlalu. Qian’er pasti sudah sangat panik mencarimu.” Menyusul kemudian suara Huo Mei Er kembali terdengar, “Bai Yu Ge juga?”
Buru-buru Xiao Tian melarikan Qian’er ke luar balai dengan ilmu meringankan tubuhnya. Sampai di luar balai, berpesanlah ia pada Qian’er, “Anggaplah tidak mendengar apapun saat ini. Ketika Huo Xiaojie tidak ada, baru laporkan pada Huo Furen. Mengerti?”
Qian’er mengangguk dengan ragu-ragu. Tatapannya terus lekat pada Xiao Tian hingga ia melihat Huo Mei Er dan Bai Yu muncul dari balik pintu.
~~~
Di belakang Huo Furen, Bai Yu terus mengamati Qian’er. Baru hari ini ia tersadar, waktu mereka bertemu kembali malam itu, ekspresi Qian’er cukup aneh. Harusnya ia segera bisa menduga bahwa Qian’er telah mendengar pembicaraannya dengan Huo Mei Er. Entah sampai mana gadis pelayan ini mendengar. Mungkinkah masa lalunya sebagai Bai Leng Yu juga telah diketahui keempat orang lainnya ini?
“Jawab, Bai Yu. Mengapa kau mau meninggalkan kami?” Zhang Sha Hai yang bertanya tapi Bai Yu tetap diam.
“Bai Yu, kamu tidak bisu mengapa terus diam? Tidak bisakah kamu menjawab pertanyaan kami?” pertanyaan dengan nada menekan seperti ini, pastinya keluar dari mulut Qhing Gongzhu.
Bai Yu mengambil nafas panjang menguatkan hatinya. “Kenapa tidak boleh pergi? Toh aku bukan tahanan.”
“Tapi kau anakku, Bai Yu. Susah payah kita bertemu, apakah kamu tidak ada perasaan apapun? Baru berapa waktu lalu kamu bilang demi membuatku bangga kau belajar ilmu kungfu keluarga kita setiap malam.”
“Atas dasar apa yakin aku ini benar-benar anakmu? Bagaimana kalau aku yang membunuh anakmu yang sebenarnya lalu datang kemari dengan tujuan nyawamu?”
Berdasarkan ucapan Bai Yu terakhir, Qhing Gongzhu sadar pembicaraan dengan kedua anak laki-lakinya dan Zhang Sha Hai ketika itu didengar oleh Bai Yu.
“Tidak mungkin. Kamu ini langzhong. Seorang langzhong tidak mungkin melakukan hal seperti itu.”
“Er Bao hanya asal bicara, Bai Yu. Daniang yakin kamu bukan orang seperti itu. Apakah hanya karena masalah seperti ini, kamu meninggalkan ayah kandungmu?”
“Hanya Er Bao saja aku tidak peduli. Tapi dia juga tidak percaya padaku!” nada bicara Bai Yu semakin lama meninggi. Ia benar-benar melupakan tata krama. Kemarahan dan rasa kecewa berhasil menguasai hati dan pikiran membuat seorang Bai Yu tak dapat mengontrol cara bicara.
Tak satupun yang tidak terhenyak mendengar nada bicara yang digunakan Bai Yu. terlebih melihat jari telunjuk yang mengacung menunjuk Zhang Sha Hai. Hal yang sebenarnya tidak sopan dilakukan pada seorang yang lebih tua, terlebih pada ayah kandungnya sendiri.
Mereka masih terdiam karena tidak percaya Bai Yu yang biasanya pendiam, misterius dan tidak pernah mengumbar emosinya bisa semarah ini.
“Kenapa? Karena masa laluku tidak jelas? Karena aku mengatakan hilang ingatan?”
“Bukan begitu, Nak,” potong Zhang Sha Hai cukup panik. Ia jelas tak mau kehilangan anaknya dengan perempuan yang ia cintai.
“Kenapa juga melarangku pergi? Ilmu pengobatanku ‘kah?” Bai Yu tersenyum sinis. “Gan Yeye pernah bilang padaku, siapapun tak akan mempermasalahkan masa laluku karena aku pewaris ilmu pengobatannya.” Sekali lagi Bai Yu tersenyum sinis.
“Semuanya selesai. Cukup sampai di sini saja. Aku lelah bersandiwara dan kalian juga pasti begitu.”
Aku pergi akan lebih baik, Fuqin. Karena aku tidak mau masa lalu akan mencelakaimu suatu saat nanti.
“Lalu bagaimana dengan Mei Er? Karena itukah beberapa bulan kemarin kau terus menghindari Mei Er?” sergah Huo Furen cepat-cepat.
Bai Yu benar-benar bingung. Ia telah berjanji pada Huo Mei Er akan membawanya serta ketika meninggalkan Jingcheng selamanya. Tapi setelah rencana ini diketahui mereka, mungkinkah Huo Yin Qian dan istrinya membiarkan ia membawa Huo Mei Er?
Cepat-cepat Qhing Gongzhu memanfaatkan kebingungan Bai Yu karena sampai kapanpun Huo Mei Er tetap ‘rantai’ di kaki Bai Yu, “Kamu mau membawa Mei Er? Apakah kamu tidak kasihan pada mereka? Huo Mei Er adalah putri kesayangan mereka.”
Teringat oleh Bai Yu ancaman Huo Mei Er yang akan bunuh diri jika ia ditinggalkan. Tapi ia juga tidak tega pada Huo Yin Qian dan istrinya jika membawa putri kesayangannya pergi.
Dari luar, Huo Mei Er menangis terisak-isak. “Aku mau bersama Bai Yu Ge.” Ia masih terus melanjutkan ketika kakinya membawanya terus masuk ke dalam mendekati Bai Yu. “Bai Yu Ge pergi, Mei Er juga pergi. Bai Yu Ge mati, Mei Er juga ikut mati.”
“Mei Er?” tegur Huo Yin Qian. Ia tak percaya kejadian lama harus kembali terulang. Walaupun tak benar-benar mirip, ia bisa merasakan bagaimana perasaan ayahnya ketika Huo Tian Mei nekat ingin menikah dengan Fan Wei Qi.
“Maaf, Hai’er. Seharusnya Fuqin percaya padamu. Tidak seharusnya ikut mencurigaimu. Tapi sesungguhnya, Fuqin sungguh ingin tahu hidupmu sebelum kita bertemu. Bagaimana kau lalui hari-harimu bersama Niang? Bagaimana kau bertemu dengan Chu Langzhong? Mengapa desa tempat kutemukan kuburan itu jauh dari rumah yang kubuatkan untuk kita dahulu?” kata-kata yang terucap dari mulut Zhang Sha Hai seolah-olah keluar dari mulut seorang kakek tua yang lemah dan bukan kata yang keluar dari mulut seorang jenderal besar. Hatinya sangat sakit melihat anaknya yang mengamuk karena merasa tak dipercayai.
“Aku cuma ingin hidup tenang, bisakah? Baru berapa bulan, aku sudah terlibat politik istana. Dituduh membunuh anak angkat seorang pangeran pula,” keluhnya diakhiri dengusan kesal.
“Fuqin ingin kamu tetap tinggal di rumah karena Fuqin merasa bersalah padamu juga ibumu. Lalu mereka bilang… sepertinya kamu bisa kungfu… aku…”
“Kau tahu? Aku pernah mengemis. Aku juga pernah ditendangi orang, dipukuli. Sudah cukup?”
Terperangah Qhing Gongzhu mendengarnya. “Kamu ingat masa lalumu, Bai Yu?”
“Aku hanya ingat sedikit.” Bai Yu merasa lebih baik ia mengalihkan perhatian Qhing Gongzhu pada hal lain sebelum masa lalunya dikorek semakin dalam. “Aku tidak butuh gelar… kekayaan… kekuasaan… aku tidak butuh semua itu… Biarkan aku kembali pada hidupku, kumohon.”
Emosi Bai Yu nampak mulai mereda. Nada dari ucapannya lebih tenang bahkan kini terkesan memelas dan sikapnya seperti menunjukkan tinggal di Jingcheng adalah hal yang sangat memberatkan baginya. Namun, Zhang Sha Hai mana rela ditinggal oleh Bai Yu?
“Jangan tinggalkan Fuqin, bisakah Bai Yu? Aku sudah kehilanganmu sangat lama.”
Kalau setiap orang mengatakan Bai Leng Yu adalah seorang yang kejam dan bisa membunuh tanpa memicingkan mata, Huo Mei Er justru melihatnya sebagai seseorang yang perasa. Mata laki-laki itu selalu bersinar lembut dalam keadaan normal. Hanya sekali dua kali marah – yang memang menakutkan – namun kemarahan itupun juga cepat menghilang. Seperti saat ini.
“Tapi aku tinggal di sini,” kata-kata itu diucapkan dengan berat karena harus membatalkan rencana meninggalkan Jingcheng dan Zhongyuan.
Zhang Sha Hai hendak menyanggah namun Qhing Gongzhu menahan tindakannya. “Setelah menikah nanti kau boleh tinggal di sini. Tapi Daniang mohon padamu, Bai Yu, tinggallah baik-baik di rumah. Jangan buat ayahmu mencemaskan kamu terus menerus.”
Bai Yu menundukkan kepalanya. Ia jelas mengerti. Tapi tak ingin menjawab dengan sebuah anggukan ataupun dengan ketegasan pernyataan.
Setelah itu, mereka tak langsung meninggalkan Bai Yu. Zhang Sha Hai terus diam tak berkata sepatah katapun namun matanya menatap Bai Yu berharap anaknya tak jadi meminta pindah dari kediamannya.
Huo Yin Qian dan istrinya menghela nafas lega dengan keputusan terakhir itu. Mereka tak perlu kehilangan putri kesayangannya. Setelah berpamitan, ia membawa Huo Mei Er pulang, mungkin untuk dimarahi.
Sedangkan Qhing Gongzhu memandangi suaminya resah. Karena setiap kali Zhang Sha Hai berhadapan dengan Bai Yu, rasa bersalah mengalahkan semua kepandaian dan strategi perang yang dikuasainya. Laki-laki yang biasanya gagah dan cekatan di medan perang, mendadak jadi orang linglung kala harus menghadapi kekerasan anaknya yang lain itu.
Dan Qhing Gongzhu mendapat kesan Zhang Sha Hai tambah merasa bersalah setelah tahu Bai Yu pernah mengemis sebelumnya. Perasaan itu memang tak mungkin disalahkan, jika ia berada di posisi Zhang Sha Hai tentunya akan merasakan hal yang sama.
“Sudah sore, Bai Yu. Pulanglah dengan kami. Daniang akan meminta Erbao berhenti mengatakan suatu hal buruk tentangmu ataupun mencurigaimu.”
“Tidak perlu. Asal dia, ayah kandungku sendiri tidak mencurigaiku, siapapun curiga padaku, aku tidak peduli.”
“Aku tidak–” suara Zhang Sha hai tercekat tak mampu melanjutkan.
“Sudah! Cukup. Cukup. Kita pulang sekarang. Xiao Tian, katakan pada Zhen Xin untuk tutup balai. Pernikahanmu tak sampai sebulan lagi, Bai Yu. Sebaiknya kamu pulang agar penjahit bisa mengukur tubuhmu.” Ditariknya tangan Bai Yu seperti ia menarik tangan Zhang Yu Er ketika anak itu tak mau mengikuti perintahnya.
Bai Yu tak sempat merapikan apapun sehingga meja tempatnya membaca dan melakukan eksperimen masih dalam keadaan berantakan. Dengan langkah sedikit terseret-seret karena Qing Gongzhu begitu terburu-buru, ia keluar dari ruangan diikuti Zhang Sha Hai.
Sampai di kediaman keluarga Zhang, seorang penjahit telah menantinya. Orang itu mengeluarkan sebuah benang pengukur dan memintanya merentangkan tangan. Tak ada yang dapat dilakukan Bai Yu selain menuruti kemauan orang tersebut.
Beberapa hari setelahnya – tepat dua malam sebelum hari pernikahan – Qhing Gongzhu juga mengutus orang menjemputnya di sore hari agar ia cepat pulang. Sampai di kediaman keluarga Zhang, beberapa lembar pakaian sudah disiapkan agar dicoba. Setelah lelah mengobati orang dan mendengar keluhan yang beraneka ragam, ingin sekali ia mengeluh agar tak perlu mencoba pakaian itu. Dipasangnya muka cemberut.
“Daniang juga telah menyiapkan beberapa baju baru untukmu, Bai Yu. Kamu coba dulu agar masih bisa diperbaiki kalau tidak pas.” Melihat muka cemberut Bai Yu tak membuat Qhing Gongzhu mengampuni. “Semua kain bahan pakaian ini pemberian Fuhuang untukmu, Bai Yu.”
Tahu kaisar yang memberikan kain-kain itu, mau tak mau satu demi satu stel pakaian dicobanya. Kira-kira ada sepuluh stel selain pakaian pengantin yang harus dicoba. Dengan merengut, dihembuskan nafasnya lelah.
“Tangkap!” seru Zhang Yi Lang sembari melempar benda berupa gulungan buku yang diikat dengan pita pada Bai Yu. Sampai di tangan Bai Yu, Zhang Yi Lang langsung meminta agar segera dibuka dan dilihat isinya.
Memanfaatkan masa-masa terakhir tinggal bersama kakak tirinya, Zhang Yi Lang sudah punya hadiah yang tepat untuk pernikahan Bai Yu. Benda itulah yang dilemparkan pada Bai Yu ketika masih berganti baju kembali pada bajunya semula.
Menuruti permintaan itu, Bai Yu membuka ikatan pita dan melihat judul pada buku tersebut. Wajahnya memerah seketika melihat judul pada halaman muka buku tersebut. Tertulis di sana Shu Ni Jing[1]. “I.. ini?”
“Masih ada waktu dua malam untuk mempelajari isi buku tersebut.”
“Yi Lang!”
“Kalau tidak mengerti, tanyalah pada Fuqin!” serunya sebelum meninggalkan Bai Yu dengan senyum usil.
Menghela nafas, diliriknya kembali buku itu membuka halaman pertama. Pada mulutnya, perlahan tersungging sebuah senyum aneh yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
~~~
“Lihat, Leng Yu!” Zhu Bu berlarian ke arahnya menunjukkan gambar dan tulisan pada sebuah buku. “Kamu perlu baca buku seperti ini. Tinggalkan zheng itu dulu,” Zhu Bu berkata sambil merampas zheng di hadapan Bai Leng Yu dan menggantinya dengan buku yang ia tunjukkan.
“A Bu, Niang menyuruhku untuk menghafal lagu ini sebelum besok. Kau jangan membuatku kena amarahnya.”
“Sekalipun Niang tidak akan memarahimu. Niang hanya mungkin marah padaku jadi kamu tak perlu kuatir. Ayo, kita lihat buku ini berdua!” buku itu terus disorongkan pada Bai Leng Yu.
Tanpa disadari Zhu Bu, Yi Mei Xin berdiri di belakangnya mengawasi. “A Bu, latihan sekarang!”
Terkejut Zhu Bu menyadari ibunya ada di sana. Cepat-cepat buku disembunyikan ke dalam balik bajunya. Namun gerakannya tak cukup cepat karena Yi Mei Xin berhasil merebut dari tangannya.
“Shu Ni Jing?!?” teriak Yi Mei Xin terkejut.
Cepat-cepat Zhu Bu kabur menghindari ibunya yang pasti akan mengamuk. Dan Zhu Xu adalah pilihan tepat untuk perlindungannya.
“Die!” seru Zhu Bu mendekati ayahnya yang sedang bermain weiqi dengan Fan Ku. Ia berlari ke arah Zhu Xu dan bersembunyi di balik tubuhnya. Selagi itu Yi Mei Xin datang dengan muka merah karena marah.
“Ada apa, Furen?” tanya Zhu Xu tak terlalu peduli. Yang ada di pikirannya saat ini hanya bagaimana cara menyelematkan pion-pion di papan weiqi.
“Itu anakmu. Bocah belasan tahun saja beraninya membaca Shu Ni Jing.”
“Umurnya lima belas tahun. Tiga tahun lagi, kita yang menyuruh dia membaca itu. Baca sekarang atau nanti sama saja,” balas Zhu Xu santai.
“Dia juga mempengaruhi Leng Yu membaca buku itu!”
“Tak perlu dikuatirkan. Dengan sifat Leng Yu itu, dia tak mungkin terpengaruh.”
“Tapi…,” Yi Mei Xin nyaris gila mendengar jawaban Zhu Xu. Tapi apa daya, seperti itulah suaminya. Kesal, diambilnya satu pion putih Zhu Xu dari mangkuk lalu diletakkan di atas papan.
“Ah… mengapa aku tidak terpikir?” seru Zhu Xu seperti menemukan ide besar. Sebuah seruan yang membuat Yi Mei Xin mengira ia telah berubah pikiran dan akan memarahi anaknya. Atau setidaknya menasihati.
“Terima kasih, Furen, kau telah menyelamatkan pionku,” ujar Zhu Xu begitu senang namun matanya masih memperhatikan papan.
Dengan luar biasa kesal, Yi Mei Xin meninggalkan Zhu Xu.
~~~
Kemudian Bai Yu tertawa kecil dan menggelengkan kepala sembari membuka lembar pertama buku tersebut. Ia benar-benar tak sadar Zhang Sha Hai telah memperhatikannya sejak Zhang Yi Lang pergi tadi.
“Buku apa yang kamu baca, Bai Yu?” sapa Zhang Sha Hai mendekati anaknya dari belakang.
“Fuqin?!?” buku tersebut cepat-cepat ditutup dan dibalik sehingga bagian belakang yang tak berjudullah yang terlihat. Kelakuannya ini mirip anak remaja yang sembunyi-sembunyi membaca buku stensilan dan membuat Zhang Sha Hai tak dapat menahan tawa.
Zhang Sha Hai merebut buku itu lalu mengembalikan ke posisi seharusnya sembari berpesan, “Kalau ada yang tidak kamu pahami, bisa tanya Fuqin atau Yi Lang. Tidak perlu malu-malu, mengerti?”
Tanpa menjawab ya ataupun tidak, Bai Yu hanya memandangi Zhang Sha Hai. Yang dilakukannya tadi memang cukup memalukan di umurnya yang sudah kepala dua.
Adakah yang percaya jika seseorang bercerita bahwa Bai Leng Yu malu-malu karena tertangkap basah membaca buku Shu Ni Jing? Jawabannya pasti tidak. Dan ia yakin hal tersebut akan menjadi candaan terbesar sepanjang sejarah Baiyu Jiao.
Demikian juga dengan putra Wanshang Bianfu yang kembali bertandang ke kamar Bai Yu malam itu. Tentu saja ia menganggapnya demikian. Entah dari mana ia mendengar atau memang setiap waktu ia selalu mengawasi Bai Yu hingga tahu masalah tersebut.
Orang itu datang dan langsung tertawa terbahak-bahak seolah-olah Bai Yu adalah lakon opera terlucu di dunia. “Aku… jadi….” ia bicara sambil terus tertawa membuatnya tak jarang harus mengambil nafas tambahan. “ingin tahu… bagaimana malam pertama seorang… Bai… Leng… Yu….” lagi-lagi putra Wanshang Bianfu ini tertawa. Tawanya begitu meriah seolah tak sadar ia berada di mana dan berhadapan dengan siapa.
“Cukup. Kau memang benar-benar ingin membuatku celaka jika tawamu itu kau teruskan,” tegur Bai Yu garang. Tapi sekalipun garang, diucapkannya dengan nada tertahan.
Apa yang dirasakannya sekarang hanyalah perasaan terganggu. Ia tahu, lawannya ini tak dapat dihalangi untuk seenak perutnya sendiri keluar masuk Grha Taman Harapan. Mudah-mudahan saja di malam pengantin Bai Yu nanti, orang ini tak datang mengacau.
Cukup tahu diri juga rupanya. Tawanya seketika berhenti karena teguran Bai Yu.
“Apa maumu?”
“Kudengar kau awalnya berniat kabur dari Jingcheng.” Ucapannya tak mendapat jawaban apapun. “Sayang, rencanamu terpaksa gagal. Padahal barang-barangmu sudah di tangan Cheng Ming. Aku pasti tidak salah. Cheng Ming tinggal dekat pelabuhan. Sehingga aku yakin rencanamu adalah meninggalkan Zhong Yuan. Sepertinya tujuanmu ke arah pulau-pulau di selatan.”
“Kau benar-benar cerdas,” puji Bai Yu.
“Aku sungguh tidak berani menerima pujian itu.” Ia ingin tertawa tapi ditahan-tahan. Butuh kekuatan luar biasa agar tidak jadi tertawa.
“Lalu? Apa lagi maumu?”
“Bagaimana kalau kukatakan padamu bahwa akulah yang mengatur perampok di hutan itu?” senang sekali ia melihat wajah Bai Yu yang memerah menahan marah. “Kemudian kubuat kuda kalian pergi.” Sengaja ia memberi jeda. Tangannya diangkat seolah sedang memperhatikan kuku-kuku di tangannya, apakah sudah memanjang atau ada kotoran terselip pada celah kuku. “Sayang, kau sungguh bodoh. Seorang gadis cantik terbaring tidak sadar di sisimu, tapi kau tidak melakukan apapun? Sebenarnya kamu ini laki-laki atau banci?”
“Jadi mereka adalah permainanmu? Kau tahu telah membuat Huo Mei Er dalam bahaya? Bagaimana jika mereka melakukan sesuatu pada Huo Mei Er?” Bai Yu benar-benar tak habis pikir. Apakah ini yang dimaksud ‘bermain’ dengannya? Padahal membunuhnya saat ini adalah perkara mudah. Mengapa jalan yang dipilih musuhya itu justru seperti ini?
“Toh ada seorang Bai Leng Yu di sisinya. Mana mungkin Bai Leng Yu yang sudah telanjur jatuh cinta ini tidak segera menolong gadis manja itu,” jawabannya terdengar sangat ringan seperti tak ada salah.
“Bai Yu, dengan siapa kau bicara?” tegur seseorang dari luar. Suara itu pastinya suara Zhang Sha Hai. Tak lama kemudian, terdengar pintu di bawah dibuka dan ditutup kembali disusul langkah menuju tangga naik.
Putra Wanshang Bianfu pergi sesaat sebelum kepala Zhang Sha Hai terlihat di tangga naik. Seperti biasa, ia melarikan diri melalui jendela dan segera tak terlihat. Seharusnya Zhang Sha Hai belum sempat melihat kehadirannya.
Zhang Sha Hai naik membawa zheng antik yang pernah dipakai Bai Leng Yu. diletakkan zheng tersebut di atas meja yang ada di tengah ruangan dan ia duduk di hadapan zheng tersebut.
“Malam, Fuqin,” sapa Bai Yu mengikuti Zhang Sha Hai duduk mengelilingi meja.
“Tadi dengan siapa kamu bicara, Bai Yu?”
Bai Yu menggelengkan kepalanya sambil berpikir lebih baik ia menanyakan tujuan ayahnya membawa zheng ke kamarnya. Ketika pertanyaan itu diajukan, Zhang Sha Hai mengatur nafas dalam emosi bercampur aduk. Ada sedih, senang, dan rindu. Dalam perasaan campur aduk itulah ia bercerita tentang ibu kandung Bai Yu. Sejak mereka bertemu hingga akhirnya Zhang Sha Hai pulang guna membantu ayahnya meraih kemenangan.
“Fuqin pernah katakan padamu sebelumnya. Zheng ini pemberianku untuk ibumu. Setelah menikah ini, kau juga hendak meninggalkan rumah. Simpan baik-baik zheng ibumu, Bai Yu.”
Bergetar tangan Bai Yu ketika menerimanya. Itu adalah zheng yang bertahun-tahun lalu telah menemaninya setiap waktu. Kini zheng tersebut kembali menjadi miliknya. Dalam dadanya terasa suatu perasaan aneh bergejolak tak berkesudahan. Perasaan tersebut demikian menyesakkan membuatnya ingin menangis dan tertawa pula. Tapi kedua hal tersebut tak mungkin dilakukan. Karenanya, ia hanya bisa mengangguk seperti tak terjadi apapun.
Tersenyum, Zhang Sha Hai memandangi Bai Yu. “Setiap kali melihatmu, aku selalu teringat pada ibumu. Seandainya saja ia masih hidup, besok adalah hari yang paling dinantinya.”
Bai Yu juga tak menjawab. Bukan karena marah, tapi karena tak tahu harus bagaimana menjawabnya. Meminta agar ayahnya tenang ‘kah? Atau meminta Zhang Sha Hai bercerita tentang malam pertamanya?
“Kamu tahu apa yang harus dilakukan besok?”
“Hah?” Bai Yu terkejut ditanya seperti itu.
“Tak apa. Besok Ma Niang-niang akan membimbing kalian melewati upacara. Tapi yang harus kau lakukan di malam pengantin, Fuqin tidak perlu harus mengajari, bukan?”
“Ti… tidak…”
Zhang Sha Hai tersenyum. Ia nampak tenang sekarang. Bangkit dari kursi, barulah teringat untuk meninggalkan pesan, “Fuqin tidak mengganggumu baca buku itu lagi. Bacalah baik-baik. Jangan memalukan Fuqin, mengerti? Putraku ada empat ditambah dua anak gadis. Sedangkan Yin Qian memiliki dua orang putra dan seorang putri. Maka nanti kau harus punya anak lebih dari tiga.”
Seketika Bai Yu menelan ludahnya. Ia terpana dengan pesan terakhir yang diterimanya di malam sebelum pernikahan. Minimal tiga orang anak! Itu berarti Zhang Sha Hai menuntut agar mendapat sedikitnya tiga orang cucu dari benih Bai Yu.
***
Hari ini Balai Pengobatan Dayao Yifang tutup. Suasana begitu sepi di balai tersebut hingga terlihat tak ada penghuni. Tapi hal ini berbeda dengan di kediaman keluarga Zhang. Keramaian terlihat dari dalam menyebar sampai jalan raya di muka kediaman.
Ratusan tamu datang membawa hadiahnya masing-masing. Kedatangan mereka membuat ruang tamu di kediaman penuh hingga nampak berjejalan. Masing-masing tampaknya ingin menjadi saksi prosesi pernikahan Bai Yu yang tak lama lagi dimulai.
Sementara itu, di kediaman keluarga Huo pun tak beda jauh keramaiannya. Dan di kamarnya, wajah Huo Mei Er tengah dirias oleh Ma Niang-niang dan beberapa asistennya.
Huo Furen menyisir rambut Huo Mei Er dengan mengucapkan doa agar pernikahan putrinya langgeng dan mereka dikaruniai banyak anak. Matanya sudah berkaca-kaca karena terharu. Inilah yang dinantikannya beberapa tahun terakhir dan akhirnya masa penantian berakhir hari ini. Pastinya Huo Mei Er tidak akan melarikan diri seperti sebelumnya. Calon suaminya kali ini dipilihnya sendiri dan mereka saling mencintai.
“Niang? Kenapa menangis?” isakan ibunya yang membuat Huo Mei Er bertanya.
“Niang menangis karena terlalu senang. Bai Yu tak mungkin mengecewakanmu. Benar, bukan? Kalian saling mencintai. Karena itu… Niang terlalu senang.”
“Bai Yu Ge tidak akan meninggalkan aku,” ujar Huo Mei Er tersenyum.
Selagi itu, rambut yang telah selesai disisir Huo Furen kini digelung oleh Ma Niang-niang ditahan dengan tusuk beberapa tusuk konde yang terbuat dari emas.
Huo Yin Qian sangat kaya untuk membekali putrinya dengan beragam perhiasan emas, mutiara dan perhiasan indah lainnya. Terlebih putrinya ini akan menikah dengan cucu angkat Kaisar. Tak mungkin ia melepaskan Huo Mei Er dari sisinya dengan perhiasan dan bekal seadanya.
Setelah selesai dirias, tiba saatnya bagi Huo Mei Er memberikan hormat dan berterima kasih pada kedua orangtua yang telah membesarkannya untuk kemudian naik ke tandu.
Dengan tandu berhias kain merah bersulam emas, ia akan dibawa ke kediaman keluarga Zhang. Iring-iringan pemain musik memimpin langkah keempat pembawa tandunya. Belum lagi para pelayan yang mengiringi keberangkatannya, semua itu membuat tandunya menjadi pusat perhatian.
Nanti Bai Yu akan menjemput di luar gerbang kediaman dan mereka akan masuk bersama-sama ke dalam kediaman keluarga Zhang untuk menunggu waktu baik guna dimulainya upacara pernikahan.
*
Menunggu mempelainya datang di luar gerbang, Bai Yu benar-benar tak sadar Zhu Bu berada di antara sekian banyak masyarakat Jingcheng yang menyaksikannya. Mata Bai Yu kala itu terus terpaku pada arah dimana ia mendengar iringan musik gegap gempita mendekati tempatnya berdiri.
Ketika akhirnya tandu yang mengangkut Huo Mei Er datang dan berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri, siapapun pasti akan menyadari jantung Bai Yu berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia diliputi rasa cemas dan kebahagian sekaligus. Cemas akibat ketakutan akan masa lalunya nantinya bisa melukai Huo Mei Er dan bahagia karena mulai hari ini Huo Mei Er menjadi istrinya. Miliknya.
Menerima pita merah yang menghubungkan ia dengan Huo Mei Er, berjalanlah sepasang pengantin baru menuju hadapan Qhing Gongzhu dan Zhang Sha Hai yang duduk di seberang pintu masuk menghadap ke arah mereka. Itulah kursi utama yang diduduki orang-orang yang dituakan. Di hadapan kedua orang tersebut juga para tamu yang menjejali ruangan dan hanya menyisakan ruang seperti lorong ke arah Qhing Gongzhu dan Zhang Sha Hai. Di situlah upacara penghormatan dilangsungkan.
Setelah memberi hormat pada Langit, mereka dibimbing untuk memberi hormat pada Zhang Sha Hai dan Qhing Gongzhu kemudian barulah Bai Yu dan Huo Mei Er saling memberi hormat. Merekapun kini resmi menjadi sepasang suami istri.
Bai Yu memang terlahir dari rahim cinta pertama Zhang Sha Hai. Dan kelahirannya pun terjadi sebelum Zhang Sha Hai resmi menikah dengan Qhing Gongzhu. Namun pernikahan Zhang Sha Hai dengan Nu Lei tidak tercatat sehingga sekalipun Nu Lei masih hidup, Qhing Gongzhu yang berhak duduk di kursi itu berdampingan dengan Zhang Sha Hai menerima penghormatan Bai Yu dan mempelainya.
Lepas dari upacara tersebut, Huo Mei Er harus duduk diam dalam kamar pengantinnya menanti selagi Bai Yu wajib mendatangi meja tamu dan berterima kasih atas kesediaan mereka datang. Dalam pesta, kiranya semua tamu hendak menghabiskan persediaan arak di kediaman keluarga Zhang. Guci arak satu demi satu keluar dari dapur menggantikan guci di meja yang telah kosong.
Para tamu yang datang itu tentunya mengajak Bai Yu bersulang, satu demi satu. Sehingga jika dalam pestanya ini ada tiga puluh meja dengan setiap meja berisi sepuluh orang, maka ia harus menenggak arak tak kurang dari tiga puluh cawan. Bahkan tak jarang di satu meja ia harus berulang kali bersulang.
Zhang Sha Hai pun tak melepaskan Bai Yu. Ia bersikeras agar Bai Yu menerima setiap ajakan sulang sekalipun Bai Yu telah mengatakan tak kuat minum arak. Katanya demi kesopanan lagipula Huo Mei Er telah meminta Bai Yu tidak mengambil istri lain dan dapat dikatakan, seumur hidupnya Bai Yu hanya sekali ini minum.
Akibatnya tak ada yang dapat dilakukan Bai Yu selain terpaksa menenggak habis cawan-cawan kecil berisi arak. Harapannya hanya satu: ia masih bisa tetap sadar di malam pengantinnya nanti.
Termasuk Xiao Tian, pengawalnya ini benar-benar ‘luar biasa’. Tiba-tiba ia muncul di hadapan Bai Yu membawa dua guci kecil arak. Satu guci diserahkan pada Bai Yu dengan paksa seraya berkata, “Gongzi, saya bersulang. Semoga Gongzi dan Furen mendapat banyak anak dan hidup bahagia selalu.”
Ketika malam telah sampai pada perkiraan jam haishi, waktu yang diperkirakan baik bagi Bai Yu dan Huo Mei Er memasuki malam pengantin mereka, Bai Yu digiring oleh Zhang Sha Hai masuk ke Grha Taman Harapan dan naik ke lantai dua.
Di kamarnya yang telah dihias menjadi kamar pengantin, masih ada serangkai prosesi yang harus dilewati Bai Yu sebelum mereka ditinggal hanya berdua.
Pertama adalah membuka cadar penutup kepala istrinya. Setelah cadar terbuka, Ma Niang-niang memberikan dua cawan arak. Setiap orang memegang satu cawan. Mereka harus saling mengaitkan tangan dan meminum isi cawan mereka bersamaan.
Kala itu sebenarnya Bai Yu sudah menunjukkan gejala mabuk. Satu hal yang membuatnya masih bisa melakukan prosesi itu adalah niatnya agar tidak mengecewakan Huo Mei Er dan mempermalukan Zhang Sha Hai.
Selesai minum arak dan makan kue berdua yang disaksikan banyak orang, akhirnya semua orang yang memenuhi kamar digiring pergi oleh Zhang Sha Hai, Qhing Gongzhu maupun Ma Niang-niang sehingga hanya Huo Mei Er dan Bai Yu saja yang ada di kamar itu.
~~~
“Kamu tahu apa yang dilakukan pasangan pengantin di malam pertama mereka, Leng Yu? tanya Zhu Bu sembari melompati lubang di pematang sawah. Tanpa menunggu jawaban, Zhu Bu telah menjawabnya sendiri, “pertama membuka baju pasangannya juga bajunya sendiri. Lalu mereka menyatukan diri.”
“Tahu darimana kamu hal seperti itu?” tanya Bai Leng Yu yang berjalan di belakang Zhu Bu.
“Mengintip,” selesai menjawab, Zhu Bu memamerkan senyumnya. Melihatnya sekilas saja sudah tahu ia pasti seorang yang suka usil dan keingintahuan terhadap hal-hal aneh cukup tinggi.
~~~
Di kamar pengantinnya, Bai Yu juga melakukan hal yang sama seperti dikatakan Zhu Bu. Dimulai dari hiasan pada rambut Huo Mei Er yang bentuknya seperti bando dengan hiasan rumit melingkar di kepala. Kemudian tusuk konde yang menahan rambut panjang Huo Mei Er juga dilepasnya. Serta merta, rambut Huo Mei Er tergerai lembut di punggung.
“Kau cantik, Mei Er,” pujian yang biasanya tak pernah keluar dari mulut Bai Yu mendadak didengar Huo Mei Er di malam itu. “Sangat cantik…”
Dengan senyum malu-malu karena pujian yang didengar, Huo Mei Er membiarkan Bai Yu terus membuka semua yang dikenakannya. Dan dalam tubuhnya, jantung berdetak seperti tambur yang bergemuruh.
Sejak beberapa hari lalu ibunya sudah bercerita proses yang harus dialami dan dilakukannya. Dan cerita itu terus diulang setiap malam mungkin takut Huo Mei Er lupa atau ia sendiri lupa jika telah mengatakannya. Cerita berulang kali itu membuat ingatan lekat dalam benak Huo Mei Er dan membayangkan hal-hal indah di malam pengantinya.
Mulai hari ini ia dengan Bai Yu menjadi sebuah kesatuan. Tentu saja Huo Mei Er tak akan membiarkan ada orang lain mengganggu kesatuannya dengan Bai Yu. Sia-sia ia meminta Bai Yu berjanji hanya memperistrinya seorang jika ada pihak ketiga.
Huo Mei Er sadar, dengan status Bai Yu sebagai cucu angkat kaisar, pastinya banyak gadis kelas menengah atau bawah yang akan puas jika bisa menjadi selir Bai Yu. Suaminya ini cukup tenar di kalangan para gadis Jingcheng
“Bai Yu Ge…,” bisik Huo Mei Er dengan lirih. “Apakah Bai Yu Ge pernah melakukan ini sebelumnya?” Dasar Huo Mei Er yang selalu penasaran, pertanyaan seperti itupun diajukannya melihat Bai Yu melakukan tanpa terlihat canggung.
Tak menjawab Bai Yu terus melepaskan pakaian. Mungkin juga karena tak memperhatikan atau memang tak mendengar. Setelah selesai, ia duduk di sisi Huo Mei Er. Di buatnya Huo Mei Er berbaring di dipan sementara ia juga berbaring di sisi istrinya.
“Apakah Bai Yu Ge pernah melakukan ini sebelumnya?”
“Hem…,” jawab Bai Yu lirih.
“Hem itu artinya sudah atau belum?”
“Hem…,” jawaban yang sama kembali terdengar
“Bai Yu Ge!” panggil Huo Mei Er sekali lagi. Kali ini disertai lirikan ke sisi Bai Yu berbaring.
Ternyata yang dijumpai adalah Bai Yu telah tertidur. Lemas Huo Mei Er karenanya. Dipaksakan diri untuk tidur walaupun kesal karena impiannya tentang malam pengantin terpaksa sirna begitu saja.
***
Zhu Bu mendengar kabar bahwa Da Yao Wangzi, cucu angkat Chu Langzhong yang kini menjadi cucu angkat Kaisar hari ini menikah. Penasaran dengan tampang cucu orang yang tak mau mengobati sahabatnya, ia bergegas pergi ke depan kediaman Zhang yang menurut penuturan banyak orang menjadi tempat dilangsungkan upacara pernikahan.
Sampai di dekat kediaman, Zhu Bu terperanjat melihat sudah banyak orang berkerumun. Kiranya mereka datang dengan urusan yang sama. Sangat lucu jika seseorang yang dicemooh karena status anak haram ternyata menarik perhatian banyak orang karena status cucu angkat kaisar. Bagaimanapun itulah yang sedang terjadi
Sebagai orang yang tidak mendapatkan kartu undangan, para penonton termasuk Zhu Bu tak dapat masuk ke dalam kediaman. Mereka hanya bisa berdiri menanti Bai Yu yang akan menjemput mempelainya.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki dengan pakaian hitam dengan sulaman kemerahan terlihat sedang berjalan menuju luar kediaman. Caranya ia berjalan membuat Zhu Bu merasakan kalau orang tersebut menguasai kungfu. Tapi bukankah yang akan menikah seorang tabib? Maka penasaran semakin meliputinya. Sayangnya dua orang yang berjalan di muka orang itu membuat Zhu Bu tak dapat melihat wajah Bai Yu.
Berpura-pura pincang dan dalam pakaian kumal ala orang desa, Zhu Bu bergeser ke sudut lain demi melihat wajah Bai Yu. Sementara itu, beberapa orang perempuan dalam pakaian terbilang bagus berdiri mengobrol di antara keramaian. Obrolan mereka jelas terdengar oleh Zhu Bu karena suara mereka yang tidak diperkecil.
“Huo Mei Er ini benar-benar keterlaluan. Aku dengar ia membuat Da Yao Wangzi bersumpah istrinya hanya dia seorang.”
“Pintar sekali perempuan itu. Kukira mereka sampai bisa kemalaman di hutan adalah ulah Huo Mei Er. Kalian ingat, ‘kan? Huo Mei Er pernah kabur dari pernikahannya kemudian menolak lamaran Wen Gongzi. Kalau bukan karena berayahkan seorang da laoban, pastinya nama dia sudah sangat cemar.”
“Ah, jangan sampai Da Yao Wangzi tampan itu mengalami nasib sama dengan mantan mempelai laki-laki Huo Mei Er lainnya.”
“Kau bilang Da Yao Wangzi tampan?”
“Apa menurutmu ia tidak tampan?”
“Tampan…”
“Tak hanya tampan, kudengar ia bisa memainkan qin, bahkan putri Nan Houwang yang katanya berbakat memainkan qin harus takluk pada Da Yao Wangzi.”
“Yang terpenting dia cucu angkat Huangshang. Bayangkan… dari seseorang yang bukan siapa-siapa mendadak diangkat cucu oleh Huangshang sendiri.”
“Tapi kalian juga harus ingat, di kediaman keluarga Zhang, dia bukan siapa-siapa,” yang berbicara adalah seorang gadis yang pakaiannya paling mewah di antara mereka. Gayanya anggun dan angkuh.
“Aku tidak peduli. Yang jelas dia cucu angkat Huangshang,” sahut yang pertama bicara. Sepertinya gadis ini benar-benar mengidolakan Da Yao Wangzi.
“Dia hanya anak haram Zhang Da Jiangjun,” balas gadis berpakaian paling mewah lagi dengan nada tambah ketus. Melihat sikapnya, membuat Zhu Bu berpikiran gadis ini pernah dikecewakan Da Yao Wangzi hingga membenci laki-laki itu setengah mati.
Meninggalkan obrolan para gadis yang tambah seru, Zhu Bu akhirnya mendapat sudut strategis. Dari tempatnya berdiri sekarang, ia bisa melihat wajah Bai Yu dengan jelas.
Kakinya mundur tiga langkah karena sangat terkejut melihat wajah Bai Yu. Ia mengira telah salah melihat karena sosok itu benar-benar sangat mirip dengan Bai Leng Yu. Perbedaannya hanyalah laki-laki yang hari ini menjadi pengantin terlihat lebih cerah dan ceria dibandingkan dengan Bai Leng Yu yang ia kenal.
Mungkinkah orang mati hidup lagi sebagai orang lain?
Jantung Zhu Bu berdegup lebih cepat dari biasanya.
Ataukah sebenarnya Leng Yu belum meninggal? Apakah mungkin Shifu berbohong seperti ini?
Ia melihat Bai Yu sedang berdiri tersenyum penuh arti sembari melihat mempelai perempuannya digendong keluar dari dalam tandu. Kemudian sepasang pengantin itu masuk ke dalam kediaman keluarga Zhang bersama para tamu yang memiliki undangan. Ia dan orang lainnya harus menyingkir. Tontonan sudah berakhir sampai di sini.
Pulang dari menonton, hatinya benar-benar diliputi kebingungan. Sekalipun ia masih ingat kalau dirinya dalam penyamaran tapi bayangan wajah sang mempelai tak mungkin bisa dibuang dari ingatan.
“A Bu!” bentak seseorang padanya.
Dengan wajah terperangah karena sangat kaget, Zhu Bu menoleh ke arah orang tersebut.
“Disuruh membeli sayur malah keluyuran sepanjang hari. Kalau malas kerja, buat apa melamar jadi pelayan tambahan, hah? Sana pergi! Malas melihat mukamu lagi.”
Serta merta Zhu Bu berlutut memohon ampun. Berpura-pura menjadi warga desa yang sangat membutuhkan pekerjaan membuatnya harus membuang harga diri sebagai seorang zhuyaozhu.
Pertemuan besar dunia persilatan dilaksanakan di villa keluarga Zhuang yang berada di luar gerbang timur Jingcheng membuat mereka membutuhkan banyak pelayan tambahan. Salah satu pelayan tambahan yang mereka dapatkan adalah Zhu Bu yang ditugaskan membantu bagian dapur.
Sedangkan yang marah pada Zhu Bu ini adalah kepala pelayan di kediaman keluarga Zhuang. Sejak kecil dibeli oleh Zhuang Da Laoye, marganya pun berubah menjadi Zhuang. Para pelayan lama biasa memanggilnya dengan sebutan Lao Fangzi. Dan kini umurnya sudah menginjak lima puluh tahun.
“Ampun, Lao Fangzi. Aku dengar hari ini Da Yao Wangzi menikah. Rasa penasaran membuatku tak dapat menahan kaki pergi melihatnya,” kalimat-kalimat tersebut keluar beruntun sembari mendekap kaki Lao Fangzi.
“Huh. Hanya pernikahan anak haram saja mengundang banyak penonton,” keluh orang tersebut dengan menendang Zhu Bu agar ia bisa pergi dari sana.
“Lao Fangzi! Lao Fangzi. Kalau aku tidak kerja, istriku di rumah tidak ada makan. Kumohon… istriku sedang mengandung,” teriak Zhu Bu mengejar Lao Fangzi.
Setelah memelas dan memelas. Menceritakan banyak kebohongan yang membuat orang mengasihani, akhirnya Zhu Bu bisa kembali kerja di Villa Keluarga Zhuang sekaligus dapat menarik nafas lega.
Pertemuan para pemimpin besar partai dan perguruan dunia persilatan berjalan dengan sangat alot. Karena selain membahas perkembangan Baiyu Jiao, mereka juga akan memilih pemimpin dunia persilatan yang baru. Dan cara pandang pemimpin baru nanti pasti akan sangat berpengaruh dengan cara pandang mereka terhadap Baiyu Jiao yang dianggap sebagai aliran sesat.
Dalam pembicaraan mereka ada dua calon yang dianggap memiliki kesempatan besar. Yang satu adalah Zhuang Daxia, sang tuan rumah sedangkan calon kedua adalah Wu Chang Dashi. Para pendukung mereka juga berimbang membuat perundingan berjalan sangat lama. Kira-kira sudah dua hou pertemuan tersebut dimulai.
Zhu Bu sendiri pastinya lebih memilih Wu Chang Dashi karena dalam penyerangan ke Baiyu Jiao lalu hanya para pendeta dari kuilnya dan biksu-biksu yang tidak ikut campur. Berbanding terbalik dengan Zhuang Daxia. Zhu Bu benci setengah mati pada Zhuang Daxia karena di tangan pendekar itulah Bai Leng Yu ambruk bersimbah darah.
Dunia persilatan sangat keras. Mungkin karena itu kebanyakan orang-orang yang terjun dalam dunia persilatan juga berwatak keras, baik bakat alaminya ataupun terpaan badai dunia persilatan. Buntutnya tentu sudah bisa ditebak.
“Pemimpin dunia persilatan harusnya tidak hanya pintar bicara, kungfunya juga harus paling tinggi. Lebih baik kita putuskan melalui pertandingan kungfu saja,” seru seorang peserta perundingan. Usulnya langsung saja disetujui sebagian peserta. Karena posisi pemimpin dunia persilatan adalah posisi sangat bergengsi yang ingin dimiliki setiap orang baik secara sadar dan tidak sadar.
Di saat itulah, tiga orang datang kepada mereka. Mereka mengenakan pakaian serba putih, jelas berasal dari partai sesat yang pusatnya berada di gurun bagian barat Zhongyuan.
Kedatangan mereka tentunya disambut wajah waspada dari setiap orang yang ada di villa tersebut. Bahkan Zhu Bu juga demikian.
Dalam dunia persilatan, sesesat-sesatnya Baiyu Jiao masih tak dapat dibandingkan dengan ilmu sesat yang diajarkan di partai tersebut. Kesesatan Baiyu Jiao adalah bagaimana kedua ketua pendahulu mereka bersikap terhadap perguruan dan partai lainnya. Sikap mereka itulah yang melahirkan kebencian mendalam orang-orang dunia persilatan terhadap mereka dan menyebut Baiyu Jiao sebagai aliran sesat. Sedangkan sesatnya Ximo Bai – nama partai tersebut – tak hanya masalah sikap, ilmu kungfu yang dikuasainya sama sesatnya. Kiranya yang mereka puja bukan dewa di langit atas melainkan iblis yang berkuasa dalam lembah kejahatan.
Hal yang membuat mereka tidak mengalami penyerangan seperti Baiyu Jiao adalah lokasi markas mereka di tengah gurun dan tak ada yang tahu lokasinya secara pasti. Seolah-olah markas mereka berpindah bersamaan dengan angin gurun yang menyapu pasir bagaikan badai. Tak seorang pun dari pendekar dunia persilatan berani menghadapi resiko kehilangan besar yang pasti dihadapi.
Dibandingkan dengan Baiyu Jiao, melirik sesaat ke puncak gunung Yu pun dapat memperkirakan letak markas mereka. Markas Baiyu Jiao sangat besar sekaligus mencolok mata membuat rintangan jebakan pun tak membuat orang-orang dunia persilatan gentar. Untung saja selalu ada kabut dan es abadi di sana yang membuat orang-orang biasa juga tidak ikut-ikutan menjarah isi Baiyu Jiao.
“Mengadakan pemilihan Wulin Mengzhu[2] tanpa melibatkan kami, apakah bisa disebut sikap para daxia?”
“Ini masalah kami sendiri. Tak ada hubungan dengan kalian.”
“Jika ada di antara kalian yang bisa mengalahkan Dage, barulah dia pantas menjadi Wulin Mengzhu. Kalau tidak, posisi itu tentu milik Dage seorang.”
“Sombong!” Fang Jin Lian, salah satu pendekar muda yang hadir di sana benar-benar mudah terpancing emosinya. Ia maju menyambut tantangan tersebut membawa serta pedangnya. Namun dalam singkat pula ia telah jatuh kalah dan bahkan mengalami luka berat.
Ketiga orang itu tertawa puas “Siapa lagi yang mau mencobanya?”
Tak tega dengan luka parah yang dialami Fang Jin Lian, Wu Chang Dashi mendekati dan menyalurkan tenaga dalam guna memberikan pertolongan pertama. “Undang Da Yao Wangzi. Kiranya hanya ia yang dapat menyembuhkan luka dalamnya.”
“Da Yao Wangzi baru saja menikah apakah mau keluar? Lagipula sekarang malam sudah larut. Gerbang Jingcheng pastinya sudah ditutup.”
“Gerbang ditutup kau masih bisa melompati dengan ilmu meringankan tubuh. Sedangkan Da Yao Wangzi, aku yakin ia mau membantu,” balas Wu Chang Dashi.
Semua orang terdiam, melihat itu, tak mungkin Wu Chang Dashi juga berdiam diri. “Ru Kuang, tak ada yang mau pergi, kamu pergilah, temui Da Yao Wangzi.”
“Baik, Shifu.”
***
Ketika pagi telah tiba, seharusnya Bai Yu dan istrinya mendatangi Zhang Sha Hai dan Qhing Gongzhu memberi salam. Tapi matahari telah menjauhi ufuk timur di saat tak satupun dari mereka yang datang menghadap. Kelakukan itu tentu saja membuat Zhang Sha Hai penasaran dan memutuskan melihat keadaan mereka. Apakah mungkin Bai Yu nekat melarikan diri keluar Jingcheng membawa Huo Mei Er?
Dari luar Grha, Zhang Sha Hai samar-samar mendengar suara keributan. Suara Bai Yu dengan Huo Mei Er entah apa yang mereka ributkan karena tidak terlalu jelas terdengar. Yang jelas, ia sudah bisa menghembuskan nafas lega karena Bai Yu tidak kabur dari Jingcheng. Tapi kelakuan mereka yang tidak juga keluar menemui juga merupakan sesuatu yang tak dapat diterima.
“Bai Yu Ge! Tidurmu keterlaluan,” keluh Huo Mei Er duduk di tepi ranjang.
“Apa tanpa sengaja aku menendangmu?” Bai Yu membalas tanpa merasa bersalah. Belum lama ia terbangun, kepala masih pusing karena pengaruh arak semalam tapi sudah kena teriakan protes dari istrinya. Ya gadis ini sudah resmi menyandang status sebagai istri. Istri Zhang Bai Yu.
Huo Mei Er cemberut. “Aku tanya malah Bai Yu Ge sudah tidur. Lalu sesiang ini baru bangun. Bukankah biasanya Bai Yu Ge selalu bangun pagi? Mengapa hari ini matahari sudah di tengah kepala baru bangun.”
“Maaf, Mei Er. Bukan aku sengaja mengacaukan malam pengantin. Tapi…,” Bai Yu terlihat ragu-ragu untuk mengatakan hal sebenarnya. Ia takut Huo Mei Er akan menertawakan. “Aku… tidak kuat minum arak…”
“Kalau begitu jangan minum arak.”
“Fuqin menyuruhku menuruti semua keinginan tamu bersulang. Tak kurang dari tiga puluh cawan harus kutelan.” Diliriknya langit dari jendela yang telah dibuka Huo Mei Er. Memang matahari sudah di atas kepala. “Kuharap ketika anakku menikah, aku tak perlu minum arak.” Sembari mulut berucap, ia bangkit dari dipan.
“Mei Er, sebaiknya kamu segera mengenakan bajumu.”
Huo Mei Er melirik baju yang dikenakan. Masih baju tidur berwarna putih dan tipis. “Memangnya kenapa?”
“Aku laki-laki dan kamu perempuan. Mengerti?”
Melirik kembali pada pakaiannya Huo Mei Er baru menjawab, “Tapi Mei Er sudah jadi istri Bai Yu Ge.”
“Masalahnya adalah Fuqin dan Daniang pasti menunggu kita dari pagi.”
Huo Mei Er gadis cerdas. Ia langsung mengerti apa yang dibutuhkan suaminya saat ini. Diambilnya handuk dan dicelupkan pada air dalam ember kuningan. Tadi pagi Qian’er yang memberikan air itu padanya.
Selesai membersihkan muka lalu mengenakan pakaian, Bai Yu turun ke bawah untuk pergi menemui Zhang Sha Hai. Di saat yang sama Huo Mei Er juga sudah selesai berpakaian sehingga mereka bisa keluar grha bersama-sama.
Terkejut Bai Yu dan Huo Mei Er menemui Zhang Sha Hai dan Qhing Gongzhu tepat di luar pintu.
“Fuqin…,” panggil Bai Yu lirih karena malu telah membuat mereka menunggu setengah hari lamanya.
“Da Yao Wangzi yang biasanya bangun lebih pagi dari pelayan bisa-bisanya bangun sesiang ini. Apa saja yang kalian lakukan tadi malam?” goda Qhing Gongzhu memandangi Bai Yu dan Huo Mei Er.
“Kami…,” Huo Mei Er tak berani menjawab.
Tak terduga oleh Bai Yu bahwa Zhang Yi Lang juga ada di sana dan menyelinap masuk ke kamarnya. Orang itu keluar lagi dengan memegang kain putih yang menjadi alas dipan.
Dengan wajah melangu antara percaya dengan tidak percaya, terdengar suara Zhang Yi Lang berkata, “Putih?”
Dalam adat mereka, kain putih itu harus terkena darah tanda mempelai perempuan masih perawan sebelum menikah. Jika kain itu tetap putih, artinya mempelai perempuan bukan lagi perawan dan ia akan dipulangkan ke rumah orangtuanya.
Huo Mei Er luar biasa takut akan dipulangkan. Malunya pasti sangat hebat sedangkan ia belum pernah menikah. Masalah kain itu tetap putih adalah ulah Bai Yu yang langsung terlelap setelah membuka bajunya.
“Bai Yu, apa yang kau lakukan pada Mei Er di hutan?” yang bertanya Zhang Sha Hai.
“Aku tidak–”
Tersenyum penuh arti, Zhang Sha Hai berkata, “Tidak ataupun iya, Mei Er tetap istrimu.”
“Fuqin menyuruhku memulangkan Mei Er pun tidak akan kupulangkan.” Jawaban dari Bai Yu ini benar-benar membuat hati Huo Mei Er melambung.
Akhirnya masalah itu tak lagi jadi perhatian. Sesuai kebiasaan seharusnya, Bai Yu dan Huo Mei Er mempersembahkan teh dan mengucapkan salam pada mereka. Di saat itulah, Huo Mei Er diterima sebagai menantu dan kemudian dipanggil furen.
Di kediaman itu, sebenarnya Bai Yu tak memiliki kedudukan dalam hierarki keluarga. Sebagai tuan muda pertama tetap saja Zhang Yi Lang. Tuan muda kedua tetaplah Zhang Er Bao dan tuan muda ketiga tetaplah Zhang Yu Er. Di sana ia hanya disebut Bai Yu Shaoye. Dengan demikian, Huo Mei Er selanjutnya adalah Mei Er Furen.
Karena masalah hierarki itu, sebenarnya anugrah yang diterima Bai Yu dengan menjadi cucu angkat kaisar dan diberikan rumah sendiri adalah sesuatu yang sangat diperlukan Bai Yu. Semua itu jelas adanya agar Bai Yu dapat mengangkat mukanya di hadapan setiap orang.
*
Setelah hari itu berlalu, hari kedua harus dilalui Bai Yu dan Huo Mei Er dengan menghadiri perjamuan yang dilaksanakan di kediaman Putra Mahkota. Kaisar juga pasti datang dalam perjamuan tersebut. Singkat kata, semua keturunan kaisar baik kandung maupun angkat dipastikan hadir dalam perjamuan tersebut.
Dan di hari ketiga, barulah mereka mengunjungi orangtua Huo Mei Er. Mulai hari ini pula, Huo Mei Er adalah tamu di rumah orangtuanya. Kunjungan ke rumah orangtua Huo Mei Er ini juga sebagai awal dari pindahnya Bai Yu dan Huo Mei Er ke rumah belakang balai pengobatan.
Seharian beramah tamah lalu pulang setelah malam datang, wajar jika Bai Yu dan Huo Mei Er sudah cukup lelah. Kelelahan itu membuat mereka tak lagi ingin pergi kemanapun selain menikmati masa pengantin baru karena besok Bai Yu sudah kembali membuka balai pengobatannya.
Huo Mei Er harus mengerti bahwa suaminya adalah seorang tabib, tak mungkin baginya meminta Bai Yu libur lebih lama. Apalagi mengingat Bai Yu begitu larut dalam perannya itu.
Akan tetapi, malam ini Bai Yu tak mungkin bisa istirahat. Ru Kuang di luar mengetuk pintu balai pengobatan dengan terburu-buru. Untung saja Zhen Xin belum terlelap sehingga pintu segera dibukakan. Dan dengan tabiat Bai Yu, mana mungkin ia membiarkan Ru Kuang pulang dengan tangan kosong. Maka ia ikut Ru Kuang pergi menuju villa keluarga Zhuang.
“Salam hormat, Wangzi Ye,” ujar Wu Chang Dashi.
“Dashi tak perlu sungkan. Bahkan saya belum berterima kasih atas pertolongan Anda beberapa hari lalu. Maaf saya ceroboh.”
“Bukan masalah berarti, Wangzi Ye. Sungguh suatu kebetulan saya sedang berada di tempat tersebut.”
“Di mana pasien itu?” Sekalipun semua kata terucap dari mulut Bai Yu secara lancar, namun dalam hati Bai Yu mengalami ketakutan. Ia takut Wu Chang Dashi dan muridnya menceritakan pada semua orang yang ada di sana bahwa ia memiliki tenaga dalam.
Bai Yu melihat ke sekeliling. Semua orang di sana selain biksu kepala Yu Guan dengan Wu Chang Dashi dan Ru Kuang dikenali Bai Yu ada dalam rombongan aliran yang menyerang markas Baiyu Jiao. Bahkan pedang sang Tuan Rumah-lah yang menembus punggungnya hingga ke perut samping.
“Biar pelayan saya yang menghantar Anda,” kali ini Zhuang Daxia yang bicara. Sebagai pemilik rumah, adalah wewenang dan kewajibannya menghantarkan tabib ke kamar tempat Fang Jin Lian menginap. Dan ia tidak sadar bahwa tabib di hadapannya adalah orang yang pernah menerima tusukan pedang dari dia sendiri.
Di saat Bai Yu berlalu dari ruang tamu tempat berlangsungnya pertemuan tersebut, salah satu dari tiga orang yang berpakaian putih itu tiba-tiba turun tangan hendak memukul Bai Yu.
Sebenarnya Bai Yu telah menyadari orang tersebut pasti akan berusaha mencelakai. Tentu karena ia adalah tabib yang mereka kuatirkan akan merusak rencana. Tapi Bai Yu justru membiarkan mereka melakukan hal tersebut. Mau melawan juga tak mungkin. Apakah Bai Yu rela membiarkan semua orang tahu dirinya pengikut Baiyu Jiao?
Di ruangan itu, yang sadar tak hanya Bai Yu seorang. Mendadak Wu Chang Dashi mengeluarkan tenaga dalamnya. Dua tenaga dalam bertumbukkan. Bai Yu dapat melihat itu semua. Dua kekuatan tenaga dalam yang bertabrakan seperti badai menerjang pohon besar. Kemudian orang yang menyerang Bai Yu terkena luka dalam.
Mendadak sekelebat bayangan datang ke ruangan tersebut. Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi hingga mata para pendekar saja tak dapat menangkap bayangannya. Bayangan itu datang dan langsung pergi lagi ke luar ruangan.
Orang yang dipanggil ‘dage’ memanfaatkan ketidakwaspadaan semua orang karena bayangan itu untuk menyerang Bai Yu. Belum sempat seorang pun menolong, dari luar sekumpulan energi tenaga dalam datang melindungi Bai Yu. Kejadian mendadak tersebut tentu membuat semua orang terkejut, pendekar mana lagi yang datang ke pertemuan tersebut.
Ketika Bai Yu menoleh ke arah asal energi yang melindunginya datang, ia melihat pengawalnyalah yang berdiri di sana. “Untung Xiao Tian segera menyusul Anda, Gongzi.”
“Bagaimana kau bisa tahu aku di sini?”
“Furen yang memberitahu.”
“Furen tak ikut datang, bukan?”
“Kali ini tidak. Xiao Tian sudah membujuknya agar tetap tinggal di rumah.”
“Terima kasih, Xiao Tian.”
Xiao Tian mengangguk pada Bai Yu lalu matanya menatap lekat ketiga tamu tak diundang dengan bengis. “Tak seorangpun kubiarkan melukai majikanku.” Ia mengeluarkan pedangnya dari sarung bersikap menantang ketiga orang tersebut.
“Cukup, Xiao Tian. Aku tidak terluka dan tak ingin kau terluka.”
“Tapi mereka kurang ajar pada Gongzi. Dan Furen sangat marah pada orang yang membuat Gongzi meninggalkannya di malam seperti ini. Karena itu… Xiao Tian mendapat perintah untuk menjahili orang-orang seperti itu.”
Tak perlu Bai Yu bertanya apa yang dilakukan Xiao Tian karena mendadak ketiga orang itu mengeluh gatal dan menggaruk seluruh tubuhnya tak henti-henti.
“Jadi dengan cara seperti ini Furen mau tetap di rumah? Ia pasti…,” suara Bai Yu mendadak tak lagi keluar. Jelas ia tahu obat apa yang digunakan Huo Mei Er dan butuh kemauan kuat agar ia tidak menertawakan para korban.
Tapi menolong mereka bukan hal yang penting. Orang sekarat ada di dalam kamar. Ke sanalah ia harus pergi. Lagipula dalam keadaan seperti itu, tiga orang dari partai sesat tak mungkin melakukan sesuatu yang dapat membahayakan nyawa banyak orang.
*
Menyelamatkan jiwa Fang Jin Lian ternyata membutuhkan waktu cukup panjang. Tenaga dalamnya tak begitu baik dan lukanya sangat parah. Kalau saja Bai Yu terlambat datang sesaat, orang itu mungkin sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan akhirnya ketika jiwa Fang Jin Lian selamat, matahari sudah terbit. Kondisinya cukup stabil walau tetap butuh beberapa hari hingga sadar sepenuhnya. Karena itu Bai Yu juga bisa meninggalkannya sementara waktu. Sebab audiensi harian dengan para pejabat, pangeran dan kaisar tak mungkin bisa ditinggalkan.
“Langzhong, maafkan kami, tolong kami…,” seru orang yang dipanggil dage masih dengan menggaruk tubuhnya sendiri. Satu orang lainnya terlihat sangat parah. Karena ia sudah terluka parah akibat terkena tenaga dalam Wu Chang Dashi kemudian harus menggaruk tubuhnya yang gatal.
“Tapi aku sedang tidak ada waktu. Aku wajib hadir untuk audiensi harian. Jadi dengan terpaksa, kalian harus menahan…,” tiba-tiba matanya berhadapan dengan Zhu Bu membuatnya kehilangan kata.
A Bu…
Sekalipun Zhu Bu tengah menyamar, ia pasti bisa mengenali. Demikian juga dengan Zhu Bu. Mereka sangat mengenal ciri khas masing-masing.
Zhu Bu sendiri terkejut melihat Bai Yu ada di sana. Dan dengan tatapan mata Bai Yu seperti itu, seharusnya orang tersebut juga mengenalinya. Bukankah itu artinya dialah Bai Leng Yu? Bukannya Zhu Bu tak senang saudara yang dikiranya meninggal ternyata masih hidup dan baik-baik saja. Tapi banyak pertanyaan timbul dalam hatinya.
Mengapa Bai Leng Yu bisa berubah drastis? Mengapa ia ada di sana? Mengapa Fan Ku mengatakan telah meninggal? Dari mana abu yang dibawa Fan Ku?
Bai Yu tak ingin mendatangkan masalah bagi dirinya sendiri dan Zhu Bu jika terus memperhatikan Zhu Bu seperti itu, cepat-cepat ia memalingkan wajah pada pemilik rumah dan berkata, “Zhuang Daxia, boleh aku pinjam kuda terbaikmu? Akan kukembalikan nanti sembari melihat perkembangan Fang Gongzi.
“Silakan,” setelah bicara, Zhuang Daxia menyuruh pelayannya mengambil dua kuda terbaik mereka untuk dipinjamkan pada Bai Yu.
***
Ketika Bai Yu datang sebelum matahari terbenam, orang itu belum sadar. Bai Yu datang juga hanya memeriksa, memberikan resep sesuai perkembangan lalu beramah tamah sebentar dengan Wu Chang Dashi dan Situ Jia.
Ada Situ Jia kemungkinan besar juga ada Lie Jin Jia. Ternyata dugaannya benar. Rupanya Lie Jin Jia pun tak mau ketinggalan pertemuan besar ini. Ia datang dengan mengajak Ting Xun dan Situ Jia. Tentu saja, Situ Jia pasti telah menyampaikan kenyataan bahwa Bai Yu adalah cucu angkat Kaisar. Jika tidak, tak mungkin Lie Jin Jia dan Ting Xun begitu hormat dan sungkan pada Bai Yu.
Dengan status Bai Yu sebagai cucu angkat Kaisar, segila-gilanya Lie Jin Jia dan Ting Xun, mereka berdua tak akan berani menyentuh Bai Yu. Mana ada yang mau menanggung resiko perguruannya ditutup dan disegel oleh pemerintah dengan tuduhan menyinggung seorang pangeran?
Bertukar sapa dengan mereka sesaat, Bai Yu kebingungan mencari tiga orang yang terkena bubuk gatal. Ketiga orang itu benar-benar menghilang seolah ditelan bumi. Tak ada jejak sedikitpun. Bahkan ia bertanya pun tak seorang yang menjawab. Kesimpulannya adalah ketiga orang itu sudah dibunuh oleh orang-orang dunia persilatan ini. Entah apakah orang partai akan menuntut balas pada mereka. Jika benar, pastinya Bai Yu akan dilibatkan.
Setelah kunjungan itu, esoknya Bai Yu juga masih tetap datang dan datang. Fang Jin Lian belum juga sadar, itulah yang menyebabkan Bai Yu harus terus datang melihat. Terkadang, selesai memeriksa, malam sudah terlalu larut akhirnya Bai Yu tak dapat pulang sebab gerbang telah ditutup. Naik turun gerbang setiap hari dengan ilmu meringankan tubuh juga tindakan beresiko. Ia cucu angkat kaisar, tak baik jika ketahuan melanggar perintah kakek angkatnya sendiri.
Bai Yu tidak pulang membuat Huo Mei Er harus tidur seorang diri. Kesal sudah pasti. Tapi ia sendiri tahu siapakah Bai Yu dan bagaimana sifat suaminya tersebut. Setelah Chu Langzhong memulangkan Bai Yu dari pintu gerbang kematian, orang itu pasti akan melaksanakan anjuran Chu Langzhong sepenuh hati, yaitu dengan menjadi tabib sejati. Tabib yang tidak dikejar oleh uang. Itulah yang dilakukan suaminya saat ini.
Untung saja, terkadang Huo Furen datang melihatnya. Atau juga Qhing Gongzhu memanggil agar bertandang ke kediaman keluarga Zhang sekedar untuk minum teh dan menikmati kue-kue bersama kedua putri kandung Qhing Gongzhu.
Semua orang mengatakan kalau para perempuan berkumpul, yang tadinya musuh bisa menjadi sahabat. Yang tadinya tak kenal pun akhirnya tahu semua hal tentang lawannya. Hal tersebut juga berlaku untuk Huo Mei Er, Qhing Gongzhu, Zhang Jin Lan dan Zhang Jin Xi. Bukankah ketiga perempuan itu kini bagian keluarga Huo Mei Er? Tak heran jika kemudian perbincangan sampai pada masalah di dalam kamar.
“Jadi Bai Yu belum pernah menggaulimu, Mei Er?”
Dengan malu-malu Huo Mei Er menggelengkan kepalanya. “Pertama kali Bai Yu Ge mabuk oleh arak. Katanya Bai Yu Ge tidak kuat oleh arak, ia sudah bertahan mati-matian agar tetap sadar namun tetap saja ambruk.”
Jadi karena itu di kain yang kusiapkan tak ada bercak darah.
“Hari kedua, kami sama-sama lelah. Sampai kamar yang terpikir adalah tidur. Kemudian hari ke tiga, Bai Yu Ge baru saja membuka bajunya tapi dipanggil karena ada orang sekarat.”
Tentu saja, Zhang Jin Lan dan Zhang Jin Xi terperanjat mendengarnya. Kedua gadis tersebut mungkin menduga kakak tiri mereka yang tampan itu tidak tertarik pada perempuan.
“Lalu ke mana Bai Yu hari ini?”
“Melihat keadaan orang sekarat itu. Kemarin Bai Yu Ge bisa dikatakan tidak pulang. Ia baru kembali setelah gerbang Jingcheng dibuka keesokan harinya itupun hanya untuk ganti pakaian. Entah hari ini Bai Yu Ge pulang atau tidak.”
“Besok ajak Bai Yu kemari.”
“Eh, Daniang akan melakukan apa pada Bai Yu Ge?” Huo Mei Er mendelik melihat mata Qhing Gongzhu yang sangat serius.
“Sesuatu demi kebaikanmu. Tak perlu kuatir, Mei Er. Daniang tak mungkin menelan suamimu.”
***
[1]Shu Ni Jing : kitab serupa Kamasutra versi China
[2]Wulin Mengzhu : pemimpin dunia persilatan
[3]Gonggong : pada kalimat ini artinya ayah mertua atau ayahnya suami.
jiah, gara2 bai yu terlalu banyak urusan dan gak keburu bertindak pada mei’er, Qhing gongzhu langsung mau ambil tindakan, menyeramkan wanita satu ini. hihihi..
btw, penasaran aja. sekiranya malam itu bai yu gak mabuk, bagaimana dia akan menjawab pertanyaan huo mei’er itu yah? dijawab ‘belum’ sih sudah pasti, tapi penasaran ma ekspresi dia ketika jawab. mei’er mang pandai menempatkan bai yu dalam situasi sulit. hahaha..
Panda, namanya Huo Mei Er. bukan Huo Mei’er. kalau Mei’er biasanya hanya untuk panggilan
oh. sorry. my bad. hehe..
btw, dalam imaginasi mbak, kira2 bagaimana bai yu akan menjawab pertanyaan itu?
dia cuma geleng2 kepala doang. dengan muka perpaduan antara malu atau tanpa rasa bersalah.
oww.. menarik! hehe..